Wednesday, January 14, 2009

Orang Cina Ngga Boleh Masuk Surga (dicopy sesuai aslinya)

Kalimat itu begitu menusuk hatiku,

"Orang Cina ngga akan pernah bisa masuk surga!

Ustadz Badi yang sering mengisi ceramah di mushola dekat rumah memang benar-benar keterlaluan. Apakah surga diciptakan hanya untuk orang Islam seperti dia saja? Huh, sebal.

Tapi apa peduliku, toh kalau aku nanti meninggal, aku akan mengalami reinkarnasi, kalau aku terus berbuat kebaikan, nanti jika dilahirkan kembali, aku akan menitis menjadi seseorang yang lebih baik keadaannya, bukan seperti keadaanku sekarang ini, pesakitan.

Akupun nanti akan bekerja keras, supaya bisa dapat banyak uang, supaya nanti kalau aku meninggal, bisa membakar banyak persembahan buat menemani aku di alam akhirat.

Begitu kata mama, setidaknya begitu yang kupercaya, saat ini.

Tapi kenapa ya saya merasa tertekan dengan itu semua ya? Apakah aku juga ingin masuk ke dalam surganya orang-orang Islam itu? Membayangkan keindahan yang ada di dalamnya, seperti yang sering kudengar kalau ustadz Ahmad berceramah? Ah, entahlah.

Ustadz Ahmad memang berbeda, dia lulusan fakultas syariah Universitas Muhammadiyah Malang, orangnya rendah hati, ilmunya luas, tidak sombong, dan pastinya tidak asal nyablak aja kalau ngomong, ngga kayak ustadz Badi!

Dua hari lalu, dia menjenguk diriku. Membawa rambutan yang baru saja dia panen dari kebun yang ia punya. Senangnya.

“Lisa tetap semangat ya, cepat sembuh, biar nanti bisa sekolah lagi”, begitu ia berkata dulu sewaktu menjenguk diriku.

Mamaku menceritakan kepada beliau perihal penyakit yang kuderita. Leukimia minor. Penyakit yang pastinya jarang terdengar di kampung kami. Mungkin hanya aku satu-satunya warga Kebayoran Baru yang menderita penyakit aneh ini. Dan mungkin, baru pertama kali beliau mendengar nama penyakit ini.

Semenjak sakitku semakin parah, aku memang sering bolos sekolah. Wali kelasku memahami, apalagi karena sewaktu aku disekolah sering sekali pingsan tanpa alasan. Sebentar lagi ujian akhir, kenaikan kelas ke kelas tiga, kalau keadaanku seperti ini terus, sepertinya aku tidak akan naik kelas, ya minimal, aku tidak bisa masuk ke jurusan favoritku, IPA.

Tapi ada untungnya juga, aku jadi bisa mengikuti pengajian ibu-ibu yang diajari oleh ustadz Ahmad, ya, bukan mengikuti menjadi salah satu pesertanya sih, tapi ikut mendengarkan materi pengajiannya. Lumayan menarik. Buat iseng-iseng membunuh kejenuhan harus bed-rest seharian.

Hari ini, materi yang dibawakan adalah mengenai sejarah Islam. Mengenai perkembangannya dari padang tandus di Arab sana hingga bisa sampai berkembang di Indonesia.

Yang cukup menarik diriku, ustadz Ahmad berkata bahwa Islam berkembang di Indonesia, salah satunya karena interaksi para pedagang dengan penduduk lokal. Lanjutnya lagi, pasti ini semua karena kebaikan budi pekerti para pedagang-pedagang itu, yang berperan bukan hanya sebagai seorang pedagang, tapi juga sebagai seorang juru dakwah, sebuah peran yang pasti harus melekat dalam diri tiap-tiap muslim yang benar.

Dan ternyata, orang Cina juga ada yang menjadi salah seorang tokoh dalam Islam, Laksamana Cheng Ho. Nah, berarti salah besar tuh ustadz Badi yang bilang bahwa orang Cina ngga akan bisa masuk surga! Buktinya ada orang Cina yang beragama Islam. Dan sepertinya dia masuk surga.

Deuh, kenapa pikiranku beralih lagi ke situ ya..? Aku menghela nafas panjang. Kembali tenang mendengarkan suara speaker mushola bercat hijau itu memasukkan suaranya ke dalam telinga, menembus kamarku yang berbatasan langsung dengan dinding mushola.

Islam memang agama yang cukup menarik hatiku. Meskipun aku orang Cina yang beragama Konghucu, tapi sedari kecil aku dekat dengan Islam, bahkan dulu, ketika masih kecil, aku sering mengikuti teman-temanku mengaji di Mushola Al-Furqon sebelah rumah.

Aku punya Al-Quran terjemahan. Hadiah dari ustadz Ahmad, tapi lebih tepatnya hasil todongan, ketika beliau menjenguk waktu aku sakit, dan bertanya mau dibawain apa biar lekas sembuh. Entah kenapa, tiba-tiba mulutku berucap meminta kitab suci umat Islam tersebut. Dan kini ia sudah ada di genggaman.

Aku mencoba membuka satu-persatu lembarannya.

***

Sakitku kian parah. Aku tidak bisa rutin cuci darah sebagaimana seharusnya. Keluarga kami bukanlah keluarga yang berkecukupan. Aku sangat merasa kasihan kepada mama dan ayah.

Rumah sakit menjadi tempat langgananku. Keluar-masuk, biar bosan juga.

Hari ini aku drop lagi. Aku dilarikan masuk ke ICU, Intensive Care Unit. Aku merasa sangat lemas sekali hari ini. Aku takut kalau-kalau ini adalah hari terakhirku di dunia.

Apakah aku akan masuk ke surga..? Ataukan aku tidak akan bisa masuk ke sana? Seperti yang dibilang ustadz Badi, orang Cina ngga akan pernah bisa masuk surga!

Seprai putih, lampu neon, lantai marmer, menemani kesakitanku. Dan menemani tanyaku yang masih juga belum terpecahkan. Apakah orang Cina bisa masuk surga..?

“Mah, bisa minta tolong panggilkan ustadz Ahmad…”, ujarku lirih. Ibuku yang menemani di sisi ranjang tempat tidur besi ini tersentak.

“Kenapa..? sudah kamu tenang dan beristirahat saja dulu”

“Mah, sepertinya aku tidak akan lama lagi… bisakah mama panggilkan ustadz Ahmad?”, mamaku meneteskan air mata, ia mengangguk. Ia mengambil ponsel dari dalam tas, keluar kamar yang aku dan tiga orang pesakitan lainnya tempat. Ruang Anggrek.

***

“Ustadz, apakah benar orang Cina tidak bisa masuk surga..?”, tanyaku lemah, ketika ustadz Ahmad hadir disampingku, adik laki-lakiku menjemput dia, Michael memang selalu bisa diandalkan, dia adalah lelaki yang baik.

Sejenak ustadz terlihat bingung. Ia menatap ke arah keluargaku. Ayahku, ibuku, dan adikku satu-satunya.

“Hmmm… ngga benar. Semua orang bisa masuk ke dalam surga kok”, beliau tersenyum. Sinar matanya cerah, ia tidak terlihat seperti orang yang berbohong.

“Apakah aku nanti akan masuk surga..?”, tanyaku diiringi batuk. Suara batuk yang lemah, dan menyakiti dadaku, “aku selama ini sudah berusaha menjadi anak yang baik kok ustadz”, kupalingkan pandangan ke arah mamaku. Beliau mengangguk. Air matanya mengalir di pipinya yang mulai berkerut. Ayah memeluknya dari samping.

“Kamu bisa masuk surga, kalau kamu seorang muslim”, jawabnya tenang.

“Apakah surga hanya milik orang Islam”, aku mengangkat alisku lemah.

“Yang masuk surga hanya orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan yang lainnya sembari mereka berbuat kebaikan, dan mereka itu adalah muslim. Surga memang untuk orang Islam, tapi Islam untuk semua orang”

“Apa yang perlu aku lakukan untuk menjadi seorang muslim?”

“Apakah kamu memang benar-benar ingin memeluk Islam?”

Aku mengangguk yakin, masih dalam pembaringan. Sang ustadz menoleh menatap ayahku. Ayah yang selalu mengutamakan kebahagiaan kami diatas segala-galanya menggenggam tangannya.

“Baiklah, ikuti perkataanku. Ashadu alla..”

Assadu Alla..”, suaraku lirih terdengar.

Illa

Illa”, aku menirunya.

Ha illallah

Ha illallah”, aku menghelakan nafas panjang dulu sejenak.

Wa asyhadu anna..”

Wa assadu anna..”, aku menirunya sebisaku.

Muhammadar rasulullah

Muhammadar rasulallah

Barakallah, selamat engkau sekarang telah resmi menjadi seorang muslim”, dia tersenyum bahagia sekali.

Ada perasaan yang berbeda merasuki hatiku. Tubuhku serasa ringan. Udara serasa lebih sejuk dalam hembusan nafasku yang tersenggal-senggal tak beraturan.

“Apakah aku sekarang sudah bisa masuk surga?”

“Insya Allah, kamu akan masuk surga”, sahutnya mantap.

“Tapi aku belum pernah shalat dan puasa?”

“Meskipun kamu belum pernah shalat dan puasa. Dosa-dosa di masa lalumu sudah dihapuskan begitu kamu menjadi seorang Muslim. Begitu Rasulullah saw pernah berkata”

“Terima kasih ustadz”, aku kesulitan berkata. Beliau mengangguk.

Aku memejamkan mataku. Mencoba mengulangi bacaan yang baru saja kuucapkan.

assadu… assadu..”

Asyhadu Alla ila ha illallah”, ustadz Ahmad mendekatkan kepalanya di telingaku.

Asyhadu Alla ila ha illallah”, aku berusaha keras agar bisa sama persis dengannya.

Wa ashadu ala muhammadar rasulullah

Wa ashadu ala muhammadar rasulullah”, hembusan nafas terakhirku terlepaskan jua.

---000---

Samarinda, 30 November 2008

Syamsul Arifin

Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, apakah kami akan dihukum karena perbuatan kami di masa jahiliyah? Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa di antara kalian berbuat baik di masa Islam, maka ia tidak akan dikenai hukuman karena perbuatannya di masa jahiliyah. Tetapi barang siapa yang berbuat jelek, maka ia akan dihukum karena perbuatannya di masa jahiliyah dan di masa Islam. (Shahih Muslim)

Hadis riwayat Hakim bin Hizam ra., ia berkata: Saya pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: Apa pendapatmu tentang beberapa perkara yang dahulu, di masa jahiliyah aku menyembahnya. Apakah aku akan menerima hukuman karena itu? Rasulullah saw. bersabda: Engkau memeluk Islam dengan kebaikan dan ketaatan yang dahulu engkau lakukan. (Shahih Muslim)


sumber: http://www.warnaislam.com/umum/kisah/2009/1/10/22140/Orang_Cina_Ngga_Boleh_Masuk_Surga.htm

No comments: