Saturday, January 31, 2009

Friday, January 30, 2009

serem?

kebakaraaaaaaaaaaaaan kebakaraaaaaaaaaaaan

Jumat, 30 Januari 2009 | 00:28 WIB

Tokyo

Pihak pemadam kebakaran di Nagoya, Jepang, sangat malu dengan apa yang terjadi pada salah satu markas mereka pekan ini. ”Kami adalah lembaga yang punya tugas mendidik masyarakat bagaimana mengatasi kebakaran. Jadi, kami sungguh-sungguh mohon maaf atas kebakaran yang menimpa kami ini,” ujar Seiji Horui, seorang pejabat pada Departemen Pemadam Kebakaran Nagoya City, seperti diberitakan hari Kamis (29/1). Kebakaran melanda sebuah markas pemadam kebakaran di Nagoya gara-gara seorang petugas yang sedang memasak mempersiapkan makan malam bagi rekan-rekannya lupa mematikan kompor. Petugas yang tidak dirinci namanya ini rupanya ikut menuju lokasi kebakaran begitu ada panggilan darurat baru. Semua petugas yang lain sebelumnya sudah meluncur ke lapangan karena panggilan darurat sebelumnya. Kompor yang masih menyala segera membakar markas pemadam kebakaran yang tidak dirinci lokasinya. Kejadian ini memaksa sepuluh truk pemadam kebakaran dari markas sekitarnya harus datang memadamkan markas yang terbakar itu. Tidak dirinci berapa kerugian dari kebakaran itu, tetapi pihak pemadam kebakaran Nagoya mengaku sangat malu dengan kejadian ini. Kini dibuat aturan baku bagi petugas pemadam kebakaran yang mendapat tugas memasak bagi rekan-rekannya.


KOMPAS

Wednesday, January 28, 2009

semoga besok bangun lagi

Bebertapa bulan lalu Abe mau umroh, sebelum pergi dia tanya
"oom mau pesen apa?"
Jawab oom spontan: "doain be, supaya sakaratul mautnya ga terlalu sakit"
kemudian setelah itu oom terkena stroke ringan, Ibrahim lalu buat posting di Jammaah.net
minta doa dari member semua untuk kesembuhan oom iwan, termasuk Abe, dalam commentnya abe bilang tentang permintaan oom sebelum Abe umroh itu. Abe bilang, walaupun ga suka permintaan oom itu, tapi dia doain juga :D
Permintaan sederhana yang sangat besar sekali artinya, karena Rasulullah pun sangat kesakitan ketika mengalaminya (menurut kisah yang pernah oom baca).
Sekarang oom berdoa : jikalau boleh, pada saatnya nanti ketika sedang tidur saja diambilnya.
biar ga terasa, seperti mimpi.
udah ah, selamat tidur ya............

Tuesday, January 27, 2009

gratis mam, cuma tuker kepala kok

A man who just died is delivered to a local mortuary wearing an
expensive, expertly tailored black suit.

The female blonde mortician asks the deceased's wife how she would like
the body dressed. She points out that the man does look good in the
black suit he is already wearing.

The widow, however, says that she always thought her husband looked his
best in blue, and that she wants him in a blue suit. She gives the
Blonde mortician a blank check and she says, 'I don't care what it
costs, but please have my husband in a blue suit for the viewing.'

The woman returns the next day for the wake. To her delight, she finds
her husband dressed in a gorgeous blue suit with a subtle chalk stripe;
the suit fits him perfectly.

She says to the mortician, 'Whatever this cost, I'm very satisfied. You
did an excellent job and I' m very grateful.. How much did you spend?'
To her astonishment, the blonde mortician presents her with the blank check.

'There's no charge,' she says.

'No, really, I must compensate you for the cost of that exquisite blue
suit!' she says.

'Honestly, ma'am,' the blonde says, 'it cost nothing. You see, a
deceased gentleman of about your husband's size was brought in shortly
after you left yesterday, and he was wearing an attractive blue suit. I
asked his wife if she minded him going to his grave wearing a black suit
instead, and she said it made no difference as long as he looked nice.'

'So I just switched the heads.'



Monday, January 26, 2009

Marital Problems

An elderly gentleman was invited to an old friends' home for dinner one evening. He was impressed by the way his buddy preceded every request to his wife with endearing terms such as: Honey, My Love, Darling,Sweetheart, Pumpkin, etc. The couple had been married almost 70 years and, clearly, they were still very much in love. While the wife was in the kitchen, the man leaned over and said to his host, 'I think it's wonderful that, after all these years, you still call your wife those loving pet names.' The old man hung his head. 'I have to tell you the truth,' he said, 'Her name slipped my mind about 10 years ago and I'm scared to death to ask her what it is!

radio matahati

http://74.213.164.181:4890/listen.pls

SAHABAT

And let your best be for your friend.
If he must know the ebb of your tide, let him know its flood also.
For what is your friend that you should seek him with hours to kill?
Seek him always with hours to live.
For it is his to fill your need, but not your emptiness.

persembahkanlah yang terindah demi persahabatan.
jika dia harus tahu musim surutmu.
biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.
sebab siapakah sahabat itu, sehingga kau hanya mendekatinya
untuk bersama sekadar akan membunuh waktu?
carilah dia untuk bersama, menghidupkan sang waktu
sebab dialah orangnya untuk mengisi kekosonganmu,
bukannya untuk mengisi keisenganmu.


(dicuplik dari SANG NABI - KHALIL GIBRAN)
(The Prophet - Kahlil Gibran)

Sunday, January 25, 2009

persekongkolan cinta

Sejak join Jammaah.net ini oom merasa "pulang"
Jammaah net ini serasa "rumah" buat oom.
Memang oom sering main di friendster, youtube, facebook, myspace, dll dsb
tapi itu semua hanya tempat "main"
setiap selesai main oom selalu merasa kangen ingin "pulang" ke "rumah", jammaah.net ini.
Member yang beragam dengan karakter khas anak anak arab "yang unik" tapi ngangenin, ada rahat ada zaat, ada softoh ada harat (hallo isa ) dan last but not least :BANYAK CINTA DISINI
Jammaah net buat oom adalah komunitas kawan sahabat dan kerabat tercinta, karena kita semua jammaah kalau dicari cari pasti akan ketemu linknya, kita saling terkait saling terhubung, and thats very.........AMAZING ! GREAT ! LOVELY !
Blog kali ini sangat emosionil, karena dibuat ketika perasaan oom terharu karena "ulah" beberapa "oknum" kemarin di DUFAN.
Sejak awal ada rencana kopdar dufan oom sudah niat GAK MAU IKUT !
Ada alasan logis sebetulnya: Oom dulu pernah ke dufan sama karyawan toko oom, dan hasilnya cuma cape doang muter muter, secara oom kan ada cacat yang bikin susah gerak leluasa, jadi gak bisa ikutan nyobain beberapa wahana di dufan. So, dari awal udah niat kalau pun ikut cuma ke ancol saja.
Tapi "persekongkolan" saudara saudaraku tercinta di lapangan parkir DUFAN membuat oom merubah sikap: IKUT MASUK DUFAN !
Mereka berhasil menyembunyikan dan menyiapkan korsi roda buat oom ! that very touching ( i love you all for that, from the bottom of my heart)
Entah kapan mulai ada rencana persengkokolan itu, tapi yang pasti rencana mereka rapih, mulus dan pintar, walaupun ada sedikit musibah pada mobilnya abe (maaf ya sayang, mobilnya jadi penyok nyerempet tembok, karena mau ambil kursi roda dan supaya oom iwannya ga liat kursi roda masuk bagasi) .
Yang pasti ketika dilapangan parkir Dufan, ketika kursi roda dikeluarkan dari bagasi mobil nya abe, oom kaget. Sampe segitunya mereka menyiapkan rencana menculik oom iwannya ke Dufan, mungkin mereka mengira oom iwan ga mau ikut karena cape jalan, bukan itu sayang, bukan. kalau mau jalan kemana aja hayuu deh kita jalan, oom insya Allah kuat. by the way, akhirnya kalian semua menang. Oom ikut juga deh ke Dufan.
Terima kasih buat Abe, Athira (the creator ?) Iwa, Opa, Mumun, sakinah, Karim (udiiiiiiiiiiin, i love you buddy), Mushil,
Hany attamimy, Isa, Naif ( gak if gw ga haya ), dan semua sahabat sahabatku yang terasa sekali limpahan cintanya buat ku. Insya Allah oom akan balas cinta kalian semua.
I LOVE YOU

Thursday, January 22, 2009

Obama Disumpah Ulang Tanpa Alkitab



Pengambilan sumpah Presiden AS Barack Obama diulang kembali menyusul kesalahan yang dilakukan Ketua MA John G. Roberts dalam inaugurasi 20 Januari lalu. Kali ini pengambilan sumpah berjalan lancar tanpa kesalahan apapun.

Keadilan bagi Palestina

Kamis, 22 Januari 2009 | 00:35 WIB

Oleh Ahmad Syafii Maarif

Akhirnya mata dunia terbelalak juga setelah melihat gempuran masif pasukan Israel di Jalur Gaza dengan persetujuan pemerintah dan sebagian besar politisi Amerika terhadap tindakan genosida zionis yang sangat biadab itu.

Di bawah ini saya turunkan petisi dari 322 kaum akademisi Inggris, dengan berbagai latar belakang profesi, bagi penyelesaian menyeluruh konflik Palestina-Israel yang perlu diketahui oleh publik Indonesia. Petisi tertanggal 16 Januari 2009 ini, semula dimuat dalam The Guardian, kemudian dikutip The Palestine Chronicle dengan tanggal yang sama, menjadi sangat penting.

Bukankah dulu pada November 1917 melalui Deklarasi Balfour (mantan Perdana Menteri Inggris) yang menjanjikan terbentuknya sebuah negara Yahudi di Palestina ketika daerah itu masih berada di bawah mandat Inggris? Kini kaum akademisinya bersuara lantang untuk tegaknya keadilan bagi rakyat Palestina yang tertindas sejak 1948, saat negara Yahudi itu dibentuk secara resmi dengan mengusir ratusan ribu rakyat Palestina dari rumahnya sendiri.

Menentang Israel

Inilah terjemahan utuh petisi itu: ”Pembantaian besar-besaran di Gaza adalah fase perang paling akhir yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina yang sudah berlangsung lebih dari 60 tahun. Tujuan perang ini tidak pernah berubah: menggunakan pasukan militer secara melimpah untuk menghabisi rakyat Palestina sebagai sebuah kekuatan politik, kekuatan yang mampu melawan pencaplokan Israel atas tanah dan sumber-sumber mereka.

Perang Israel terhadap rakyat Palestina telah mengubah Gaza dan Tepi Barat menjadi sepasang penjara politik raksasa. Tidak ada yang simetris tentang perang ini dalam hal prinsip, taktik, dan konsekuensi. Israel bertanggung jawab dalam melancarkan serta mengintensifkannya dan untuk mengakhiri tindakan permusuhan yang paling baru ini.

Israel mesti kehilangan. Gencatan senjata lainnya sudah tidak memadai lagi, atau juga bantuan kemanusiaan seterusnya. Sudah tidak cukup hanya mendorong pembaruan dialog dan mengakui keprihatinan dan penderitaan kedua belah pihak. Jika kita percaya pada prinsip hak penentuan nasib sendiri yang demokratik, jika kita mengukuhkan hak untuk melawan agresi militer dan pendudukan kolonial, maka kita wajib mengambil sikap… menentang Israel, dan bersama rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat.

Kita harus melakukan apa yang mungkin untuk mencegah Israel menang dalam perangnya. Israel harus mengakui bahwa keamanannya bergantung atas keadilan dan hidup berdampingan secara damai dengan tetangga- tetangganya, dan bukan atas penggunaan pasukan kriminal.

Kita percaya Israel harus secepatnya dan tanpa syarat menghentikan serangan-serangannya atas Gaza, mengakhiri pendudukan atas Tepi Barat, dan meninggalkan semua klaim pemilikan atau penguasaan teritori melampaui batas 1967. Kita meminta Pemerintah Inggris dan rakyat Inggris untuk mengambil langkah-langkah yang mungkin yang mengharuskan Israel mematuhi tuntutan-tuntutan ini, mulai dengan program pemboikotan, pelepasan hak-haknya, dan sanksi- sanksi.”

Sikap banci

Karena panjangnya daftar nama yang turut dalam petisi ini, pembaca dapat mengakses melalui http://www.palestinechronicle.com/print_article.php?id=14685. Petisi ini dengan jelas menuntut agar Israel secepatnya meninggalkan pendudukannya secara tidak sah atas tanah Palestina jika memang punya niat baik untuk hidup damai dengan tetangganya.

Waktunya sudah sangat tinggi dan mendesak untuk bertindak sekarang. Jika tidak, darah masih akan terus tertumpah dan, percayalah, rakyat Palestina tidak mungkin terkalahkan oleh senjata yang paling canggih sekalipun. Negara-negara Arab juga harus mengubah sikap bancinya terhadap kemerdekaan Palestina yang tidak dapat ditawar itu.

Ahmad Syafii Maarif Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah


KOMPAS

LOGIS or MATEMATIS ?

Ada dua orang gadis, salah satu dari
mereka cara
berpikirnya MATEMATIS (M) dan yang
lainnya cara
berpikirnya mengandalkan LOGIKA (L).
Mereka berdua
berjalan pulang melewati jalan yang
gelap, dan
jarak rumah mereka masih agak jauh.
Setelah beberapa
lama mereka berjalan....

M : Apakah kamu juga memperhatikan, ada
seorang pria
yang sedang berjalan mengikuti kita
kira2 sejak
tigapuluh delapan setengah menit yang
lalu? Saya
khawatir dia bermaksud jelek.

L : Itu hal yang Logis. Dia ingin
memperkosa kita.

M : Oh tidak, dengan kecepatan berjalan
kita seperti
ini, dalam waktu 15 menit dia akan
berhasil menangkap
kita. Apa yang harus kita lakukan.

L : Hanya ada 1 cara logis yg harus kita
lakukan,
yaitu berjalan lebih cepat.

M : Itu tidak banyak membantu, gimana
nich.....

L : Tentu saja itu tidak membantu,
Logikanya kalau
kita berjalan lebih cepat dia juga akan
mempercepat
jalannya.

M : Lalu, apa yang harus kita lakukan?
Dengan
kecepatan kita seperti ini dia akan
berhasil menangkap
kita dalam waktu dua setengah menit...

L : Hanya ada satu langkah Logis yang
harus kita
lakukan.. Kamu lewat jalan yang ke kiri
dan aku lewat
jalan yang kekanan. sehingga dia tidak
bisa mengikuti
kita berdua dan hanya salah satu yang
diikuti
olehnya.


Setelah kedua gadis itu berpisah,
ternyata Pria tadi
mengikuti langkah si gadis yang
menggunakan logika
(L). Gadis matematis (M) tiba di rumah
lebih dulu dan
dia khawatir akan keselamatan
sahabatnya. Tapi, tidak
berapa lama kemudian, Gadis Logika (L)
datang.

M : Oh terima kasih Tuhan.. Kamu tiba
dengan selamat.
Eh, gimana pengalamanmu diikuti oleh
Pria tadi?

L : Setelah kita berpisah dia mengikuti
aku terus.

M : Ya.. ya.. Tetapi apa yang terjadi
kemudian dengan
kamu?

L : Sesuai dengan logika saya langsung
lari sekuat
tenaga dan Pria itupun juga lari sekuat
tenaga
mengejar saya.

M : Dan... dan..

L : Sesuai dengan logika dia berhasil
mendekati saya
di tempat yang gelap...

M : Lalu.. Apa yang kamu lakukan?

L : Hanya ada satu hal logis yang dapat
saya lakukan,
yaitu saya mengangkat rok saya..

M : Oh... Lalu apa yang dilakukan pria tadi?

L : Sesuai dengan logika... Dia menurunkan
celananya...

M : Oh tidak... Lalu apa yang terjadi
kemudian?

L : Hal yang logis bukan, kalau gadis
yang mengangkat
roknya larinya lebih cepat dari pada
lelaki yang
berlari sambil memelorotkan celananya...
So akhirnya
aku bisa lolos dari pria itu...




dari friendster

Wednesday, January 21, 2009

Text Pidato Penobatan Barack Obama

My fellow citizens:

I stand here today humbled by the task before us, grateful for the trust you have bestowed, mindful of the sacrifices borne by our ancestors. I thank President Bush for his service to our nation, as well as the generosity and cooperation he has shown throughout this transition.

Forty-four Americans have now taken the presidential oath. The words have been spoken during rising tides of prosperity and the still waters of peace. Yet, every so often the oath is taken amidst gathering clouds and raging storms. At these moments, America has carried on not simply because of the skill or vision of those in high office, but because we the people have remained faithful to the ideals of our forebears, and true to our founding documents.

So it has been. So it must be with this generation of Americans.

That we are in the midst of crisis is now well understood. Our nation is at war, against a far-reaching network of violence and hatred. Our economy is badly weakened, a consequence of greed and irresponsibility on the part of some, but also our collective failure to make hard choices and prepare the nation for a new age. Homes have been lost; jobs shed; businesses shuttered. Our health care is too costly; our schools fail too many; and each day brings further evidence that the ways we use energy strengthen our adversaries and threaten our planet.

These are the indicators of crisis, subject to data and statistics. Less measurable but no less profound is a sapping of confidence across our land — a nagging fear that America's decline is inevitable, and that the next generation must lower its sights.

Today I say to you that the challenges we face are real. They are serious and they are many. They will not be met easily or in a short span of time. But know this, America — they will be met.

On this day, we gather because we have chosen hope over fear, unity of purpose over conflict and discord.

On this day, we come to proclaim an end to the petty grievances and false promises, the recriminations and worn out dogmas, that for far too long have strangled our politics.

We remain a young nation, but in the words of scripture, the time has come to set aside childish things. The time has come to reaffirm our enduring spirit; to choose our better history; to carry forward that precious gift, that noble idea, passed on from generation to generation: the God-given promise that all are equal, all are free and all deserve a chance to pursue their full measure of happiness.

In reaffirming the greatness of our nation, we understand that greatness is never a given. It must be earned. Our journey has never been one of shortcuts or settling for less. It has not been the path for the faint-hearted — for those who prefer leisure over work, or seek only the pleasures of riches and fame. Rather, it has been the risk-takers, the doers, the makers of things — some celebrated but more often men and women obscure in their labor, who have carried us up the long, rugged path towards prosperity and freedom.

For us, they packed up their few worldly possessions and traveled across oceans in search of a new life.

For us, they toiled in sweatshops and settled the West; endured the lash of the whip and plowed the hard earth.

For us, they fought and died, in places like Concord and Gettysburg; Normandy and Khe Sahn.

Time and again these men and women struggled and sacrificed and worked till their hands were raw so that we might live a better life. They saw America as bigger than the sum of our individual ambitions; greater than all the differences of birth or wealth or faction.

This is the journey we continue today. We remain the most prosperous, powerful nation on Earth. Our workers are no less productive than when this crisis began. Our minds are no less inventive, our goods and services no less needed than they were last week or last month or last year. Our capacity remains undiminished. But our time of standing pat, of protecting narrow interests and putting off unpleasant decisions — that time has surely passed. Starting today, we must pick ourselves up, dust ourselves off, and begin again the work of remaking America.

For everywhere we look, there is work to be done. The state of the economy calls for action, bold and swift, and we will act — not only to create new jobs, but to lay a new foundation for growth. We will build the roads and bridges, the electric grids and digital lines that feed our commerce and bind us together. We will restore science to its rightful place, and wield technology's wonders to raise health care's quality and lower its cost. We will harness the sun and the winds and the soil to fuel our cars and run our factories. And we will transform our schools and colleges and universities to meet the demands of a new age. All this we can do. And all this we will do.

Now, there are some who question the scale of our ambitions — who suggest that our system cannot tolerate too many big plans. Their memories are short. For they have forgotten what this country has already done; what free men and women can achieve when imagination is joined to common purpose, and necessity to courage.

What the cynics fail to understand is that the ground has shifted beneath them — that the stale political arguments that have consumed us for so long no longer apply. The question we ask today is not whether our government is too big or too small, but whether it works — whether it helps families find jobs at a decent wage, care they can afford, a retirement that is dignified. Where the answer is yes, we intend to move forward. Where the answer is no, programs will end. And those of us who manage the public's dollars will be held to account — to spend wisely, reform bad habits, and do our business in the light of day — because only then can we restore the vital trust between a people and their government.

Nor is the question before us whether the market is a force for good or ill. Its power to generate wealth and expand freedom is unmatched, but this crisis has reminded us that without a watchful eye, the market can spin out of control — and that a nation cannot prosper long when it favors only the prosperous. The success of our economy has always depended not just on the size of our gross domestic product, but on the reach of our prosperity; on our ability to extend opportunity to every willing heart — not out of charity, but because it is the surest route to our common good.

As for our common defense, we reject as false the choice between our safety and our ideals. Our founding fathers, faced with perils we can scarcely imagine, drafted a charter to assure the rule of law and the rights of man, a charter expanded by the blood of generations. Those ideals still light the world, and we will not give them up for expedience's sake. And so to all other peoples and governments who are watching today, from the grandest capitals to the small village where my father was born: know that America is a friend of each nation and every man, woman, and child who seeks a future of peace and dignity, and that we are ready to lead once more.

Recall that earlier generations faced down fascism and communism not just with missiles and tanks, but with sturdy alliances and enduring convictions. They understood that our power alone cannot protect us, nor does it entitle us to do as we please. Instead, they knew that our power grows through its prudent use; our security emanates from the justness of our cause, the force of our example, the tempering qualities of humility and restraint.

We are the keepers of this legacy. Guided by these principles once more, we can meet those new threats that demand even greater effort — even greater cooperation and understanding between nations. We will begin to responsibly leave Iraq to its people, and forge a hard-earned peace in Afghanistan. With old friends and former foes, we will work tirelessly to lessen the nuclear threat, and roll back the specter of a warming planet. We will not apologize for our way of life, nor will we waver in its defense, and for those who seek to advance their aims by inducing terror and slaughtering innocents, we say to you now that our spirit is stronger and cannot be broken; you cannot outlast us, and we will defeat you.

For we know that our patchwork heritage is a strength, not a weakness. We are a nation of Christians and Muslims, Jews and Hindus — and non-believers. We are shaped by every language and culture, drawn from every end of this Earth; and because we have tasted the bitter swill of civil war and segregation, and emerged from that dark chapter stronger and more united, we cannot help but believe that the old hatreds shall someday pass; that the lines of tribe shall soon dissolve; that as the world grows smaller, our common humanity shall reveal itself; and that America must play its role in ushering in a new era of peace.

To the Muslim world, we seek a new way forward, based on mutual interest and mutual respect. To those leaders around the globe who seek to sow conflict, or blame their society's ills on the West — know that your people will judge you on what you can build, not what you destroy. To those who cling to power through corruption and deceit and the silencing of dissent, know that you are on the wrong side of history; but that we will extend a hand if you are willing to unclench your fist.

To the people of poor nations, we pledge to work alongside you to make your farms flourish and let clean waters flow; to nourish starved bodies and feed hungry minds. And to those nations like ours that enjoy relative plenty, we say we can no longer afford indifference to suffering outside our borders; nor can we consume the world's resources without regard to effect. For the world has changed, and we must change with it.

As we consider the road that unfolds before us, we remember with humble gratitude those brave Americans who, at this very hour, patrol far-off deserts and distant mountains. They have something to tell us today, just as the fallen heroes who lie in Arlington whisper through the ages. We honor them not only because they are guardians of our liberty, but because they embody the spirit of service; a willingness to find meaning in something greater than themselves. And yet, at this moment — a moment that will define a generation — it is precisely this spirit that must inhabit us all.

For as much as government can do and must do, it is ultimately the faith and determination of the American people upon which this nation relies. It is the kindness to take in a stranger when the levees break, the selflessness of workers who would rather cut their hours than see a friend lose their job which sees us through our darkest hours. It is the firefighter's courage to storm a stairway filled with smoke, but also a parent's willingness to nurture a child, that finally decides our fate.

Our challenges may be new. The instruments with which we meet them may be new. But those values upon which our success depends — hard work and honesty, courage and fair play, tolerance and curiosity, loyalty and patriotism — these things are old. These things are true. They have been the quiet force of progress throughout our history. What is demanded then is a return to these truths. What is required of us now is a new era of responsibility — a recognition, on the part of every American, that we have duties to ourselves, our nation, and the world, duties that we do not grudgingly accept but rather seize gladly, firm in the knowledge that there is nothing so satisfying to the spirit, so defining of our character, than giving our all to a difficult task.

This is the price and the promise of citizenship.

This is the source of our confidence — the knowledge that God calls on us to shape an uncertain destiny.

This is the meaning of our liberty and our creed — why men and women and children of every race and every faith can join in celebration across this magnificent mall, and why a man whose father less than sixty years ago might not have been served at a local restaurant can now stand before you to take a most sacred oath.

So let us mark this day with remembrance, of who we are and how far we have traveled. In the year of America's birth, in the coldest of months, a small band of patriots huddled by dying campfires on the shores of an icy river. The capital was abandoned. The enemy was advancing. The snow was stained with blood. At a moment when the outcome of our revolution was most in doubt, the father of our nation ordered these words be read to the people:

"Let it be told to the future world ... that in the depth of winter, when nothing but hope and virtue could survive...that the city and the country, alarmed at one common danger, came forth to meet (it)."

America, in the face of our common dangers, in this winter of our hardship, let us remember these timeless words. With hope and virtue, let us brave once more the icy currents, and endure what storms may come. Let it be said by our children's children that when we were tested we refused to let this journey end, that we did not turn back nor did we falter; and with eyes fixed on the horizon and God's grace upon us, we carried forth that great gift of freedom and delivered it safely to future generations.

God Bless You, God Bless United State of America.

sumber: indonesian community

sarapan haru

Pagi ini nasi uduk langganan gak jualan.
Ketupat sayur pun kompak gak keliatan.
Aku pesan sama karyawanku, mas teguh, " guh, kalau ada yang jual makanan lewat berentiin ya"
"iya pak," katanya
sampai selesai mandi jam setengah 9 yang jual sarapan gak ada yang lewat juga, jadilah pagi ini sarapan cuma minum teh manis.
Ibu odah yang dikasih tau mas teguh kalau aku belum sarapan mendadak panik, dia siapin sarapan sambil ngedumel : "kalau pagi kudu sarapan, ntar pa iwan sakit saya yang repot, mana udah ga ada emaknya, ga ada bininya yang ngurusin," katanya sambil nyiapin sarapan nasi putih, tempe goreng, rendang dan sayur daun singkong,
"makan deh tuh" kata ibu Odah lagi.
Aku diam saja sambil senyum senyum melihat bu odah sibuk nyiapin sarapan.
sarapan pagi ini aku makan rendang dengan rasa haru.



e-mail dari emil (tentang pidato pelantikan obama)

Dari awal memang berharap Hillary Clinton lolos jadi presiden tapi ngga
kesampean. Paling ngga, jam terbang Hillary sebagai istri Gubernur dan dua
periode sebagai ibu presiden ditambah dengan keasliannya sebagai orang
Amerika lebih bisa mengerti masalah ketimpangan ekonomi di dunia dan lebih
bisa sensitif terhadap penderitaan.

Ternyata Obama yang lolos. Euphoria orang-orang terhadap sosok keturunan
Kenya + Amerika yang lahir di Pasifik dan beberapa tahun di Indonesia,
justru membuat khawatir. Obama laki-laki berkulit hitam yang ditempa
"single-parently" dengan hidup yang keras dengan latar belakang hukum namun
tetap menyandang nama Islam nya, justru amat mengkhawatirkan.

Pengalaman tinggal di Amerika yang membuat timbulnya kekhawatiran itu.
Namanya adalah "INFERIOR SYNDROM". Contohnya, seorang pelajar dari Indonesia
yang kuliah di Amerika, sebutlah namanya Rayhan jebolan pesantren yang rajin
belajar dan ibadah. Baru beberapa saat bergaul dengan orang bule, namanya
berubah menjadi Roy yang jadi lebih mabuk, dandan lebih gaya, dan "party"
lebih gila dari orang Amerika yang aslinya. Saat Rayhan ditanya kenapa dia
jadi begitu...? Rayhan jawab, "Buat meyakinkan orang Amerika, Roy bisa jadi
bagian mereka."

Nama Barrack Husein Obama punya Inferior Syndrom sebagai orang nomor satu di
Amerika. Mungkin kalo namanya George Bush, justru ngga perlu ada yang perlu
dibuktiin kepada masyarakat Amerika. Tapi Barrack Husein Obama harus
membuktikan kepada warga Amerika, khususnya dalam isu agama, bahwa Barrack
Husein Obama adalah bagian dari Kristen dan kawan Yahudi. Pertanyaannya,
"Bagaimana Barrack Husein Obama harus membuktikan dirinya kepada masyarakat
Kristen dan Yahudi Amerika...?" Jawabannya mengkhawatirkan.

Akhirnya, saat mendengar pidato pelantikan Obama, kekhawatiran itu jadi
jelas. Saat mengucapkan kata-kata "To those Moslem countries" yang digandeng
dengan kata "Destroy" kemudian "Nuclear" dan ditutup dengan kata-kata "We
will defeat you", kekhawatiran itu terasa di depan mata. Apakah Barrack
Husein Obama harus membuktikan dirinya tidak ada hubungan sama sekali dengan
muslim walaupun ayah kandungnya adalah muslim dengan cara yang digambarkan
dalam pidatonya...?

Waktu akan menjawab. Tapi, menurut seorang pakar, Inferior Syndrom itu
berlaku universal. Di Arab pun, banyak orang Indonesia yang pakai jubah,
jenggot, dan nama belakang "lebih Arab" dari orang Arab. Atau seperti di
Australia dan New Zealand, banyak orang-orangnya yang "lebih Ningrat" dari
orang Inggris.

Yang paling mengkhawatirkan, lobby-lobby zionis apakah yang telah disiapkan
untuk mendorong Barrack Husein Obama membuktikan dirinya bahwa tindakannya
tidak mencerminkan namanya yang berbau muslim. Biaya pelantikan yang lebih
dari US 150 juta atau 3 kali lipat dari pelantikan Bush yang hanya US 40
juta disaat Amerika sedang terjun ke krisis, seperti ada dukungan manis dari
zionis di belakangnya. Akan ditukar dengan apakah dukungan manis ini...?

Tidak berharap banyak, tidak ikut euphoria, dan tidak menaruh simpati
berlebihan terhadap Obama ternyata sudah tepat.

Tuesday, January 20, 2009

Download Kajian: Solidaritas kaum Muslimin Untuk Palestina

Posted: 18 Jan 2009 11:53 AM CST


kompas.com

Asap tebal ...

Tema:
Solidaritas kaum Muslimin Untuk Palestina

Tempat:
Musholla Teknik Fakultas Teknik UGM

Waktu:
Ahad, 21 Muharram 1430 H, 18 Januari 2009 M

Pemateri:
- Ustadz Abu Sa’ad, M.A.
- Pembicara dari Mer-C
- Muhammad Arifin Badri, Ph.D (Alumnus Doktoral Univ Islam Madinah, KSA)

Kajian ini membahas tentang apa yang seharusnya dilakukan kaum muslimin terhadap serangan Yahudi “Israel” kepada kaum muslimin Palestina di jalur Gaza dan kondisi terakhir di Palestina serta kepedulian bangsa-bangsa Arab terhadap kondisi di sana.

Silahkan Sahabat Muslim download kajian tersebut pada tautan berikut:

Semoga bermanfaat.

sumber: http://radio.muslim.or.id/download-kajian/manhaj/download-kajian-umum-ada-apa-antara-yahudi-dengan-kaum-muslimin

Monday, January 19, 2009

"Why Should I Cry For You"

Under the dog star sail
Over the reefs of moonshine
Under the skies of fall
North, north west, the Stones of Faroe

Under the Arctic fire
Over the seas of silence
Hauling on frozen ropes
For all my days remaining
But would north be true?

All colours bleed to red
Asleep on the ocean's bed
Drifting on empty seas
For all my days remaining

But would north be true?
Why should I?
Why should I cry for you?
Dark angels follow me
Over a godless sea
Mountains of endless falling,
For all my days remaining,

What would be true?

Sometimes I see your face,
The stars seem to lose their place
Why must I think of you?
Why must I?
Why should I?
Why should I cry for you?
Why would you want me to?
And what would it mean to say,
That, "I loved you in my fashion"?

What would be true?
Why should I?
Why should I cry for you?

kita sedang ujian, dalam ujian tidak ada pertanyaan

ada suatu ketika
bertanya seseorang pada sang bijak
katanya, mengapa hidup terasa berat buat kita, dan kenapa kita selalu kalah ?
maka sang bijak menjawab:
"kita sedang ujian, dalam ujian tidak boleh bertanya"

Saturday, January 17, 2009

without your love


You can show me the way
Give me a sunny day
But what does it mean
Without your love

And if I could travel far
If I could touch the stars
Where would I be
Without your love

Whenever I get to feeling
Down and out
I think about what you said
And then I'd give out

And if I could fly away
If I could sail today
Where would I go
Without your love

You can show me the way
And give me a sunny day
But what does it mean
Without your love

And if I could travel far
If I could touch the stars
Where would I be
Without your love

And if I ever wonder away
Too far
You'd come looking for me with
Open arms

I could forget my home
Be like a rolling stone
But who would I be
Without your love

And what does it mean
Without your love
Where would I be?

si baim gemesin

Friday, January 16, 2009

HATI HATI DENGAN HATI

Membaca status facebook seorang teman yang sedang was was dan gelisah.
Dibawahnya ada beberapa comment, yang memberikan support dan nasihat.
Ada satu nasihat yang mengganjal pikiranku, bunyi nasihatnya begini:

trust u'r heart...bedo'a meminta yg terbaik pada Allah

Trust the heart? i dont think so.........hati itu tempatnya rasa, dan seperti biasa,
rasa itu kadang berdusta, jangan juga hanya pakai logika akal sehat, karena akal juga kadang sesatkan kita. Terus pake apa dong?
Menurutku sih kita punya 3: Iman, akal, dan rasa.
Ketiga nya harus kombinasikan
tapi, rasa dan akal jangan pernah dijadikan imam
jangan dibikin jadi panglima.
Apapun situasi dan kondisinya
dimanapun dan kapanpun
berusahalah menjadikan iman sebagai imam, sebagai panglima,
biarlah rasa dan akal kita mengikuti saja.

internetan murah pake im3 atau mentari

Bagi para pelanggan Indosat yang belum sempat menikmati produk Indosat 3G Broadband Unlimited atau IM2 Broom Unlimited, kini kita disuguhi dengan program baru Indosat yang berlaku mulai 25 November 2008 yaitu Voucher GPRS IM3 dan Mentari. Kita bisa berinternet ria, browsing, surfing, chatting, e-mail, bahkan Download / Upload lebih murah, hanya dengan Rp.10 / 30detik.

Setelah kita TOP-UP, pulsa yang masuk tidak dalam bentuk nilai Rupiah, melainkan Time Based / Paket Durasi. Yaitu 250 menit untuk Denominasi Rp.5000. Jadi kita bisa berinternetan selama 4 jam 10 menit dengan Voucher GPRS seharga Rp.5000. Ini merupakan Voucher Internet / akses data pertama di Indonesia. Bahkan mampu ngacir dengan kecepatan sampai 256 Kbps.

Mengenai Mekanisme pemakaian Pulsa GPRS, berikut kutipan dari situsnya Indosat.
Saat akses Internet pulsa yang akan dipakai adalah Pulsa GPRS. Jika Pulsa GPRS habis, koneksi akan beralih menggunakan pulsa Regular Rp.100/menit.

Contoh :
Pulsa GPRS = 250 menit, untuk akses internet selama 60 dtk. Maka sisa Pulsa GPRS = 249 menit
Kemudian akses internet lagi selama 45 dtk, maka sisa pulsa = 248 menit
Kemudian akses internet lagi selama 90 dtk, maka sisa pulsa = 246.5 menit
Perhitungan Pulsa setiap 30 detik.
Cek Pulsa GPRS IM3 => *388*1#
Cek Pulsa GPRS Mentari => *555*1#

Setting GPRS Indosat Paket Durasi

Untuk mengaktifkan layanan ini, setting GPRS kartu menggunakan setting berbasis durasi, yaitu :
Jalur akses / APN : indosatgprs
Username : indosat@durasi
Sandi/password : indosat@durasi

Syarat dan ketentuan :

Berlaku untuk akses Internet berbarsis durasi
Bila pelanggan menggunakan setting berbasis volume, akses internet akan memotong Pulsa Regular pada main account ( Rp.1/kb ) walau sudah melakukan isi ulang dengan Voucher GPRS / Internet
Pengisian Pulsa GPRS akan menambah masa aktif kartu, tapi masa aktif Pulsa GPRS tidak bersifat akumulatif
Sisa Pulsa GPRS akan hangus jika pelanggan tidak melakukan reload Voucher GPRS sebelum masa aktif Pulsa GPRS berakhir
Khusus pelanggan Mentari, Pulsa GPRS akan hangus saat pelanggan melakukan perpindahan paket
Berlaku mulai 25 November 2008
Voucher GPRS hanya tersedia dengan Sistem Elektrik Voucher, dengan Denominasi Rp.5.000 dan Rp.10.000

Perempuan Seksi Selingkuh? Salahkan Hormon

Setelah berganti kostum, ketiga penyanyi cantik ini kembali tampil dengan gaya seseksi pakaian mereka.
Jumat, 16 Januari 2009 | 00:53 WIB

PEREMPUAN dengan hormon seks berkadar tinggi akan merasa lebih punya daya tarik dan lebih condong berselingkuh, ungkap studi yang dipublikasikan pada hari Rabu lalu.

Kristina Durante dan Norman Li, psikolog dari University of Texas, menemukan bahwa perempuan yang punya hormon oestradiol konsentrasi tinggi lebih besar kemungkinannya untuk menggoda, mencium, dan berselingkuh meski sudah menjalin hubungan yang mantap dengan seorang pria.

Dalam studi yang diterbitkan pada jurnal Inggris "Biology Letters", keduanya menggambarkan perilaku tersebut sebagai "serial monogami yang oportunistik" dan tidak ada kaitannya dengan kencan satu malam.

Mereka memperkirakan perempuan seperti itu punya kemungkinan lebih besar untuk terdorong melepas hubungan yang ada -- demi mendapatkan pasangan yang lebih baik.

Studi lainnya mengenai oestradiol menunjukkan bahwa kadar tinggi dari hormon tersebut punya kaitan erat dengan kesuburan.

Akibatnya, kata beberapa peneliti, laki-laki punya respon yang meningkat dan mendorong mereka untuk menyambut tanda-tanda kehadiran hormon itu.

Durante dan Li mengukur tingkat hormon di dua tahap siklus menstruasi pada 52 perempuan berusia antara 17 dan 30 tahun.

Para perempuan itu diminta memberi peringkat terhadap daya tarik sendiri maupun keseksian masing-masing "dibanding perempuan lain". Selain itu mereka ditugaskan memberi peringkat atas kepuasan dengan pasangan saat ini,kesediaan melakukan seks tanpa komitmen, dan mengenai hubungan mereka sebelumnya.

Secara terpisah, satu kelompok laki-laki dan perempuan yang tidak sadar adanya percobaan itu, mengevaluasi foto-foto para perempuan tersebut lalu memberi peringkat berdasarkan daya tarik.

Perempuan dengan tingkat oestradiol tertinggi berada dalam peringkat teratas dan punya kemungkinan lebih besar terlibat perselingkuhan serius. Mereka juga punya lebih banyak hubungan jangka panjang di masa lalu.

Studi tersebut menyatakan daya tarik yang berhubungan dengan oestradiol memberikan peluang dalam meraih pasangan.

Laki-laki bersaing untuk mendapatkan perempuan yang lebih seksi sedangkan perempuan menginginkan pasangan yang lebih mampu menyangga hidupnya serta merawatnya.

"Perempuan harus memilih antara hubungan jangka panjang yang memberi jaminan materi terus menerus, hubungan bersama pasangan yang lebih menarik secara fisik, atau pasangan seks jangka pendek dengan sumber genetik yang bagus," tulis Durante dan Li.

Perempuan dengan tingkat oestradiol lebih tinggi "mungkin tidak punya banyak alasan untuk berkomitmen dengan pasangannya jika menemukan calon baru yang punya kualitas lebih tinggi."


ABD
Sumber : Antara


KOMPAS

"Sorry we don’t sell to blondes"

A blonde went to the appliance store sale and found a bargain. "I would like to buy this TV," she told the salesman. "Sorry we don’t sell to blondes," he replied. She hurried home, dyed her hair, came back again and told the salesman, "I would like to buy this TV." "Sorry we don’t sell to blondes," he replied. "Darn, he recognized me," she thought. She went for a complete disguise this time. A new haircut and new color, a new outfit, and big sunglasses. Then she waited a few days before she again approached the salesman. "I would like to buy this TV," she told the salesman. "Sorry we don’t sell to blondes," he replied. Frustrated, she exclaimed, "How do you know I'm a blonde?" "Because that's a microwave," he replied.



from email :D

Wednesday, January 14, 2009

Orang Cina Ngga Boleh Masuk Surga (dicopy sesuai aslinya)

Kalimat itu begitu menusuk hatiku,

"Orang Cina ngga akan pernah bisa masuk surga!

Ustadz Badi yang sering mengisi ceramah di mushola dekat rumah memang benar-benar keterlaluan. Apakah surga diciptakan hanya untuk orang Islam seperti dia saja? Huh, sebal.

Tapi apa peduliku, toh kalau aku nanti meninggal, aku akan mengalami reinkarnasi, kalau aku terus berbuat kebaikan, nanti jika dilahirkan kembali, aku akan menitis menjadi seseorang yang lebih baik keadaannya, bukan seperti keadaanku sekarang ini, pesakitan.

Akupun nanti akan bekerja keras, supaya bisa dapat banyak uang, supaya nanti kalau aku meninggal, bisa membakar banyak persembahan buat menemani aku di alam akhirat.

Begitu kata mama, setidaknya begitu yang kupercaya, saat ini.

Tapi kenapa ya saya merasa tertekan dengan itu semua ya? Apakah aku juga ingin masuk ke dalam surganya orang-orang Islam itu? Membayangkan keindahan yang ada di dalamnya, seperti yang sering kudengar kalau ustadz Ahmad berceramah? Ah, entahlah.

Ustadz Ahmad memang berbeda, dia lulusan fakultas syariah Universitas Muhammadiyah Malang, orangnya rendah hati, ilmunya luas, tidak sombong, dan pastinya tidak asal nyablak aja kalau ngomong, ngga kayak ustadz Badi!

Dua hari lalu, dia menjenguk diriku. Membawa rambutan yang baru saja dia panen dari kebun yang ia punya. Senangnya.

“Lisa tetap semangat ya, cepat sembuh, biar nanti bisa sekolah lagi”, begitu ia berkata dulu sewaktu menjenguk diriku.

Mamaku menceritakan kepada beliau perihal penyakit yang kuderita. Leukimia minor. Penyakit yang pastinya jarang terdengar di kampung kami. Mungkin hanya aku satu-satunya warga Kebayoran Baru yang menderita penyakit aneh ini. Dan mungkin, baru pertama kali beliau mendengar nama penyakit ini.

Semenjak sakitku semakin parah, aku memang sering bolos sekolah. Wali kelasku memahami, apalagi karena sewaktu aku disekolah sering sekali pingsan tanpa alasan. Sebentar lagi ujian akhir, kenaikan kelas ke kelas tiga, kalau keadaanku seperti ini terus, sepertinya aku tidak akan naik kelas, ya minimal, aku tidak bisa masuk ke jurusan favoritku, IPA.

Tapi ada untungnya juga, aku jadi bisa mengikuti pengajian ibu-ibu yang diajari oleh ustadz Ahmad, ya, bukan mengikuti menjadi salah satu pesertanya sih, tapi ikut mendengarkan materi pengajiannya. Lumayan menarik. Buat iseng-iseng membunuh kejenuhan harus bed-rest seharian.

Hari ini, materi yang dibawakan adalah mengenai sejarah Islam. Mengenai perkembangannya dari padang tandus di Arab sana hingga bisa sampai berkembang di Indonesia.

Yang cukup menarik diriku, ustadz Ahmad berkata bahwa Islam berkembang di Indonesia, salah satunya karena interaksi para pedagang dengan penduduk lokal. Lanjutnya lagi, pasti ini semua karena kebaikan budi pekerti para pedagang-pedagang itu, yang berperan bukan hanya sebagai seorang pedagang, tapi juga sebagai seorang juru dakwah, sebuah peran yang pasti harus melekat dalam diri tiap-tiap muslim yang benar.

Dan ternyata, orang Cina juga ada yang menjadi salah seorang tokoh dalam Islam, Laksamana Cheng Ho. Nah, berarti salah besar tuh ustadz Badi yang bilang bahwa orang Cina ngga akan bisa masuk surga! Buktinya ada orang Cina yang beragama Islam. Dan sepertinya dia masuk surga.

Deuh, kenapa pikiranku beralih lagi ke situ ya..? Aku menghela nafas panjang. Kembali tenang mendengarkan suara speaker mushola bercat hijau itu memasukkan suaranya ke dalam telinga, menembus kamarku yang berbatasan langsung dengan dinding mushola.

Islam memang agama yang cukup menarik hatiku. Meskipun aku orang Cina yang beragama Konghucu, tapi sedari kecil aku dekat dengan Islam, bahkan dulu, ketika masih kecil, aku sering mengikuti teman-temanku mengaji di Mushola Al-Furqon sebelah rumah.

Aku punya Al-Quran terjemahan. Hadiah dari ustadz Ahmad, tapi lebih tepatnya hasil todongan, ketika beliau menjenguk waktu aku sakit, dan bertanya mau dibawain apa biar lekas sembuh. Entah kenapa, tiba-tiba mulutku berucap meminta kitab suci umat Islam tersebut. Dan kini ia sudah ada di genggaman.

Aku mencoba membuka satu-persatu lembarannya.

***

Sakitku kian parah. Aku tidak bisa rutin cuci darah sebagaimana seharusnya. Keluarga kami bukanlah keluarga yang berkecukupan. Aku sangat merasa kasihan kepada mama dan ayah.

Rumah sakit menjadi tempat langgananku. Keluar-masuk, biar bosan juga.

Hari ini aku drop lagi. Aku dilarikan masuk ke ICU, Intensive Care Unit. Aku merasa sangat lemas sekali hari ini. Aku takut kalau-kalau ini adalah hari terakhirku di dunia.

Apakah aku akan masuk ke surga..? Ataukan aku tidak akan bisa masuk ke sana? Seperti yang dibilang ustadz Badi, orang Cina ngga akan pernah bisa masuk surga!

Seprai putih, lampu neon, lantai marmer, menemani kesakitanku. Dan menemani tanyaku yang masih juga belum terpecahkan. Apakah orang Cina bisa masuk surga..?

“Mah, bisa minta tolong panggilkan ustadz Ahmad…”, ujarku lirih. Ibuku yang menemani di sisi ranjang tempat tidur besi ini tersentak.

“Kenapa..? sudah kamu tenang dan beristirahat saja dulu”

“Mah, sepertinya aku tidak akan lama lagi… bisakah mama panggilkan ustadz Ahmad?”, mamaku meneteskan air mata, ia mengangguk. Ia mengambil ponsel dari dalam tas, keluar kamar yang aku dan tiga orang pesakitan lainnya tempat. Ruang Anggrek.

***

“Ustadz, apakah benar orang Cina tidak bisa masuk surga..?”, tanyaku lemah, ketika ustadz Ahmad hadir disampingku, adik laki-lakiku menjemput dia, Michael memang selalu bisa diandalkan, dia adalah lelaki yang baik.

Sejenak ustadz terlihat bingung. Ia menatap ke arah keluargaku. Ayahku, ibuku, dan adikku satu-satunya.

“Hmmm… ngga benar. Semua orang bisa masuk ke dalam surga kok”, beliau tersenyum. Sinar matanya cerah, ia tidak terlihat seperti orang yang berbohong.

“Apakah aku nanti akan masuk surga..?”, tanyaku diiringi batuk. Suara batuk yang lemah, dan menyakiti dadaku, “aku selama ini sudah berusaha menjadi anak yang baik kok ustadz”, kupalingkan pandangan ke arah mamaku. Beliau mengangguk. Air matanya mengalir di pipinya yang mulai berkerut. Ayah memeluknya dari samping.

“Kamu bisa masuk surga, kalau kamu seorang muslim”, jawabnya tenang.

“Apakah surga hanya milik orang Islam”, aku mengangkat alisku lemah.

“Yang masuk surga hanya orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan yang lainnya sembari mereka berbuat kebaikan, dan mereka itu adalah muslim. Surga memang untuk orang Islam, tapi Islam untuk semua orang”

“Apa yang perlu aku lakukan untuk menjadi seorang muslim?”

“Apakah kamu memang benar-benar ingin memeluk Islam?”

Aku mengangguk yakin, masih dalam pembaringan. Sang ustadz menoleh menatap ayahku. Ayah yang selalu mengutamakan kebahagiaan kami diatas segala-galanya menggenggam tangannya.

“Baiklah, ikuti perkataanku. Ashadu alla..”

Assadu Alla..”, suaraku lirih terdengar.

Illa

Illa”, aku menirunya.

Ha illallah

Ha illallah”, aku menghelakan nafas panjang dulu sejenak.

Wa asyhadu anna..”

Wa assadu anna..”, aku menirunya sebisaku.

Muhammadar rasulullah

Muhammadar rasulallah

Barakallah, selamat engkau sekarang telah resmi menjadi seorang muslim”, dia tersenyum bahagia sekali.

Ada perasaan yang berbeda merasuki hatiku. Tubuhku serasa ringan. Udara serasa lebih sejuk dalam hembusan nafasku yang tersenggal-senggal tak beraturan.

“Apakah aku sekarang sudah bisa masuk surga?”

“Insya Allah, kamu akan masuk surga”, sahutnya mantap.

“Tapi aku belum pernah shalat dan puasa?”

“Meskipun kamu belum pernah shalat dan puasa. Dosa-dosa di masa lalumu sudah dihapuskan begitu kamu menjadi seorang Muslim. Begitu Rasulullah saw pernah berkata”

“Terima kasih ustadz”, aku kesulitan berkata. Beliau mengangguk.

Aku memejamkan mataku. Mencoba mengulangi bacaan yang baru saja kuucapkan.

assadu… assadu..”

Asyhadu Alla ila ha illallah”, ustadz Ahmad mendekatkan kepalanya di telingaku.

Asyhadu Alla ila ha illallah”, aku berusaha keras agar bisa sama persis dengannya.

Wa ashadu ala muhammadar rasulullah

Wa ashadu ala muhammadar rasulullah”, hembusan nafas terakhirku terlepaskan jua.

---000---

Samarinda, 30 November 2008

Syamsul Arifin

Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, apakah kami akan dihukum karena perbuatan kami di masa jahiliyah? Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa di antara kalian berbuat baik di masa Islam, maka ia tidak akan dikenai hukuman karena perbuatannya di masa jahiliyah. Tetapi barang siapa yang berbuat jelek, maka ia akan dihukum karena perbuatannya di masa jahiliyah dan di masa Islam. (Shahih Muslim)

Hadis riwayat Hakim bin Hizam ra., ia berkata: Saya pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: Apa pendapatmu tentang beberapa perkara yang dahulu, di masa jahiliyah aku menyembahnya. Apakah aku akan menerima hukuman karena itu? Rasulullah saw. bersabda: Engkau memeluk Islam dengan kebaikan dan ketaatan yang dahulu engkau lakukan. (Shahih Muslim)


sumber: http://www.warnaislam.com/umum/kisah/2009/1/10/22140/Orang_Cina_Ngga_Boleh_Masuk_Surga.htm

NEGERI PARA PENCURI

Tuesday, January 13, 2009

sepasang kekasih didepan toko

hujan baru saja reda
sepasang kekasih berkelahi
saling jambak
saling cakar
saling tampar
katanya cinta ?
katanya sayang ?


.. What The US media wont SHow ..
















Soma Mohd Ahmad at 4:05am January 12
For ANy One Who Saw This PicTures PLeaSe Please Please ... Take Five Min FROm YOu TIme ANd Creat AN Album In FaceBook Profile ANd Post The Pictures On It So Your Friends Can See Them And Ask Them To Do The Same .. Be a Part Of HElping GAZA People By SendIng THe Real Pictures That The Media Will Never Show To As Many People As we Can .. God Bless YOu All ANd Thanks FOr your Support .. SOma


SYAHID !!!!!
SYAHID !!!!!
KALIAN SYUHADA ANAK ANAKKU
SURGA MENUNGGUMU
TUNGGULAH KAMI DISITU
MULIA HIDUPMU SYAHID WAFATMU
ALLAHU AKBAR !!!!!

Ya ampuuuun Oma ......... plis deh

Beijing

Masih soal pernikahan. Seorang perempuan China, Wang Guiying, baru mulai memikirkan hidup berumah tangga setelah mencapai usia 107 tahun. Harian Chongqing Commercial Times, Senin (12/1), mengutip Wang memberitakan, dia bermaksud menikah dengan pria yang juga sudah berusia satu abad hanya agar bisa punya teman untuk saling berbagi cerita. Wang yang lahir di Provinsi Guizhou, China selatan, ini mengaku takut menikah sewaktu masih remaja karena trauma melihat paman dan seorang tetangganya sering memukul istri mereka. ”Sepertinya pernikahan itu suatu yang sangat menakutkan,” ujarnya. Namun, kini, Wang mengaku khawatir dan tak ingin menjadi beban, baik bagi sepupu maupun keponakannya yang juga sudah beranjak tua. Apalagi, Wang kian menjadi beban sejak kakinya patah saat berusia 102 tahun dan dia tak sanggup lagi mencuci sendiri pakaiannya. ”Saya sudah berusia 107 tahun dan saya masih belum menikah,” ujar Wang seperti dikutip media. ”Apa yang akan terjadi kalau saya tidak buru-buru untuk menemukan seorang suami?” katanya. Sejumlah pejabat yang mendengar keinginan Wang bersedia membantunya mendapatkan suami. Yang pasti, sang suami juga harus berusia satu abad atau lebih. Suami yang juga berusia satu abad..., apa bukan malah menambah beban? (reuters/AFP/ppg)

YANG LO LEMPAR KE KANDANG BUAYA HARUS LO AMBIL SENDIRI

Monday, January 12, 2009

The First Time Ever I Saw Your Face

tes IQ, EQ, SQ

Kamu ada di lantai 1
tujuannya mau ke lantai 3
lift hanya ada satu
liftnya sedang turun dari lantai 3 menuju ground floor
pertanyaannya:
apakah kamu naik liftnya dan ikut turun dulu ?
ataukah kamu tunggu liftnya naik lagi baru kamu masuk ?
atau kamu naik tangga biasa ke lantai 3 ?

buat keponakanku yang bandel, yang sedang rapuh tapi ga mau nurut

yang baik tidak selalu enak
yang enak belum tentu baik

kalau nggak punya akuarium berarti kamu IMPOTEN !!!!

Pada suatu hari di sebuah bar, masuklah seorang lelaki berpakaian perlente dan memesan minuman. Sang bartender yang melihat mahluk keren tersebut tertarik dan bertanya:
"Apa pekerjaan Anda?"
"Saya seorang Konsultan Manajemen!" jawab lelaki tersebut.
"Wah Anda hebat. Tapi saya belum jelas, sebenarnya apa sih yang dikerjakan oleh seorang konsultan itu?" tanya bartender.
"Oh, pada prinsipnya konsultan itu adalah seorang logic thinker".
Si bartender bingung dan bertanya lebih lanjut, "Apa yang bisa dilakukan oleh logic thinker?"
"Wah susah menerangkannya, soalnya memang bukan pekerjaan yang lazim, tapi saya akan kasih Anda contoh praktis saja biar jelas. Sekarang anggap saja saya konsultan Anda, oke?"
"Oke," jawab bartender.
"Begini, pertama-tama saya perlu bertanya dulu, apakah Anda punya akuarium?" tanya konsultan.
"Ya, saya punya akuarium besar sekali di rumah."
"Nah kalau Anda punya akuarium, logisnya Anda punya ikan kan?"
"Jelas. Saya punya berbagai jenis ikan."
"Kalau Anda punya ikan, logikanya Anda itu sayang binatang."
"Benar sekali, saya sangat sayang pada binatang"
"Kalau pada binatang aja Anda sayang, apalagi pada anak Anda!!! Anda pasti sangat menyayangi anak Anda."
"Betul sekali (kegirangan) , saya mencintai anak saya lebih dari ikan."
"Nah logisnya, jika punya anak pasti punya istri," lanjut konsultan.
"Anda kok tahu? saya memang punya istri yang cantik jelita."
"Tentu saja saya tahu, itu semua logis saja. Nah sekarang kesimpulannya, jika Anda punya istri dan anak, berarti Anda tidak impoten!!!
Betul?"
"Seratus persen betul, saya tidak impoten."
"Nah begitulah kira-kira logic thinker itu."
"Ooo, jadi begitu to? Saya mengerti sekarang," kata bartender takjub.
Lelaki berprofesi konsultan tersebut akhirnya pergi.
Sesaat kemudian datanglah teman si bartender dan bertanya, "Kamu tadi kok asyik sekali, ngobrol apa sih?"
"Tadi itu seorang konsultan. Saya diajari pekerjaan konsultan sebagai logic thinker."
"Apa itu logic thinker?" tanya si teman.
"Wah, susah menjelaskannya, soalnya bukan pekerjaan yang lazim sih. Saya berikan contoh prakteknya saja ya (lagaknya kumat). Begini lho, pertama-tama saya perlu bertanya dahulu, kamu punya akuarium nggak?"
"Nggak punya tuh!"
"OOO... kalau begitu,kesimpulannya berarti kamu IMPOTEN!!!"

Sunday, January 11, 2009

kabayan bilang.........

hidup ini bukan bagaimana nanti
tapi nanti bagaimana

LANGIT TAK MENDENGAR

YANG TERDALAM

SALLY SENDIRI

We Will Not Go Down!! (Song For Gaza)



A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they're dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who's wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die

We will not go down
In the night, without a fight

We will not go down
In Gaza tonight

thanx to faizal : http://jammaah.ning.com/forum/topics/we-will-not-go-down-song-for

woooooooooooooooooy gw yang mau nanya niii .......ko banyakan lo sih nanyanya???????

Pernah ga telpon customer service provider seluler?
apa aja deh, indosat, telkomsel, XL atau apapun.
Nyebelin ga sih...........
Kita yang mau nanya tapi merekqa yang nanya duluan
udah gitu nanyanya banyak banget
sampe kita lupa mau nanya apaan
sebbellllllllllll

SATU SATU



Satu-satu daun berguguran

Jatuh ke bumi dimakan usia
Tak terdengar tangis tak terdengar tawa
Redalah reda ...

Satu-satu tunas muda bersemi
Mengisi hidup gantikan yang tua
Tak terdengar tangis tak terdengar tawa
Redalah reda ...

(*) Waktu terus bergulir
Semuanya mesti terjadi
Daun-daun berguguran
Tunas-tunas muda bersemi

Satu-satu daun jatuh ke bumi
Satu-satu tunas muda bersemi
Tak guna tertawa
Redalah reda ...

(**) Waktu terus bergulir
Kita kan pergi dan tinggal pergi
Redalah tangis redalah tawa
Tunas-tunas muda bersemi

Saturday, January 10, 2009

Friday, January 09, 2009

kembalikan ginjalku ..........atau helmku

KOMPAS
Jumat, 9 Januari 2009 | 00:27 WIB

New York

Richard Batista yang berprofesi sebagai dokter di New York, AS, Rabu (7/1), meminta mantan istrinya, Dawnell Batista, membayar 1,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 11 miliar atas ginjal yang dicangkokkan. Rupanya, Richard meminta Dawnell segera membayar karena ginjal yang dicangkokkan tersebut adalah miliknya yang disumbangkan bagi Dawnell saat mereka masih rukun. Pasangan ini sudah bercerai pada Juli 2005, sementara Richard Batista yang sayang kepada istrinya yang mengalami gangguan ginjal memberikan salah satu ginjalnya pada Juni 2001. Richard (49), yang bekerja pada Nassau University Medical Center, dan Dawnell memiliki tiga anak, berusia 14, 11, dan 8 tahun. Douglas Rothkopf, pengacara Dawnell, belum memberikan tanggapan soal tuntutan Richard ini. Bagaimana kalau ginjal tadi dikembalikan saja?

Lagos

Polisi di Nigeria, Afrika Timur, terpaksa menahan sejumlah besar tukang ojek di negara itu berkaitan dengan peraturan wajib mengenakan helm bagi pengemudi dan penumpang sepeda motor. Laporan hari Rabu (7/1) menyebutkan, ketentuan mengenakan helm ini mengundang kontroversi di negara dengan penduduk 147 juta jiwa itu, salah satu yang terpadat di Afrika. Para tukang ojek ini menolak membeli helm karena harganya sangat mahal. Selain itu, sejumlah penumpang menolak mengenakan helm yang disediakan tukang ojek karena takut terjangkit penyakit kulit atau kemungkinan disantet pihak lain. Akibatnya, para tukang ojek di Nigeria menggunakan tempurung kelapa, kaleng cat, atau potongan ban sebagai pengganti helm. Jelas cara ini tidak sesuai dengan ketentuan standar helm yang bisa melindungi kepala pengemudi dan penumpang sepeda motor. (Reuters/AFP/AP/ppg)

Thursday, January 08, 2009

batu VS peluru

ketika batu
dan bahkan sepatu
bertempur melawan peluru
hasil akhirnya mudah sekali dibayangkan
jangan menunggu mukjizat
sudah selesai Nabi mencontohkan
sudah sangat jelas Nabi memberikan suri tauladan
jihad itu tidak instan
jihad itu bukan indomie rasa kari ayam
direbus sebentar, langsung matang, dan siap dihidangkan



wahn

Dari Tsauban berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kamu, seperti kelompok orang lapar siap melahap makanan". Berkata seorang sahabat, "Apakah karena jumlah kami sedikit pada waktu itu?" Rasul saw. menjawab, "Jumlah kalian pada saat itu banyak, tetapi kualitas kalian seperti buih ditengah lautan. Allah mencabut rasa takut dari musuh terhadap kalian, dan memasukkan kedalam hati kalian penyakit Wahn". Berkata seorang sahabat, "Wahai Rasulullah saw., apa itu Wahn?" Rasul saw. berkata, "Cinta dunia dan takut mati." (H.R. Ahmad dan Abu Daud)

senyum dikit ah

KILAS KAWAT DUNIA
Kamis, 8 Januari 2009 | 00:33 WIB

Berlin

Tiga bocah Jerman yang tidak tahan dengan cuaca dingin yang ekstrem di Hanover, Jerman, berniat pergi ke Afrika yang lebih hangat. Bocah pria berusia enam tahun dan bocah perempuan berusia tujuh tahun itu bahkan sudah bermimpi akan menikah begitu mereka tiba di Afrika. Agar pernikahan ini memiliki saksi, mereka membawa serta bocah perempuan berusia lima tahun yang adalah adik dari bocah perempuan berusia tujuh tahun itu. Polisi hari Senin (5/1) di Hanover menjelaskan, mimpi ke Afrika ini hanya berakhir di sebuah stasiun kereta api lokal. Tiga bocah ini tinggal bersama setelah ayah dari bocah laki-laki dan ibu dari dua bocah perempuan itu melewatkan malam Tahun Baru bersama di Hanover. Saat itulah muncul ide ke Afrika yang diduga datang dari bocah laki-laki yang tidak disebut namanya itu. Mereka meninggalkan rumah pada pagi dini hari tanggal 1 Januari saat orangtua mereka masih lelap tertidur. ”Bocah-bocah ini ingin suatu hal yang khusus saat Tahun Baru,” ujar Holger Jureczko dari kepolisian. ”Mereka cukup siap untuk Afrika karena membawa serta tiga koper berisi makanan, pakaian renang, dan kaca mata riben,” papar Jureczko. Tiga bocah ini pergi ke stasiun pusat dengan trem dan bersiap melanjutkan perjalanan ke bandara. ”Mereka bilang ingin ke Afrika karena indah dan hangat. Bocah laki-laki ini pernah di Italia dan meyakinkan bocah perempuan itu bahwa Afrika lebih hangat,” ujar Jureczko. Polisi mengingatkan bahwa ke Afrika itu tidak mudah, perlu uang banyak dan tiket pesawat. Tiga bocah ini tidak membawa uang atau tiket pesawat. Polisi membawa mereka ke markas sebelum mengembalikan ke orangtua para bocah ini.

Cairns

Polisi di Cairns, Negara Bagian Queensland, Australia, mengejar seorang pencuri yang dikategorikan ”sangat aneh”. Surat kabar Cairns Post, Rabu (7/1), memberitakan, pencuri ini dicap ”aneh” di mata polisi karena membongkar tiga toko seks hanya untuk mencuri boneka khusus bernama ”Jane Rimba”. Boneka perempuan dari plastik yang harus ditiup agar mengembang ini ditemukan di sebuah gang tak jauh dari toko seks itu. Menurut polisi, pencuri itu membuang boneka perempuan tersebut setelah ”menggunakannya”. ”Sungguh sangat aneh. Sangat memprihatinkan bahwa ada seseorang seperti ini berkeliaran di jalan,” ujar salah seorang pemilik dari tiga toko seks di Cairns, kota wisata di utara Queensland itu. ”Boneka itu dicuri, ditiup agar mengembang, digunakan, dan setelah itu dibuang di gang,” ujar pemilik toko seks yang menyebutkan dirinya Voque kepada Cairns Post. Polisi yang menangani kasus ini menegaskan, satuan khusus kini dikerahkan untuk menguji DNA, sidik jari, dan mengambil gambar situasi toko guna menangkap si pencuri yang ”sangat aneh” ini. (Reuters/AFP/AP/ppg)