Wednesday, January 21, 2009

e-mail dari emil (tentang pidato pelantikan obama)

Dari awal memang berharap Hillary Clinton lolos jadi presiden tapi ngga
kesampean. Paling ngga, jam terbang Hillary sebagai istri Gubernur dan dua
periode sebagai ibu presiden ditambah dengan keasliannya sebagai orang
Amerika lebih bisa mengerti masalah ketimpangan ekonomi di dunia dan lebih
bisa sensitif terhadap penderitaan.

Ternyata Obama yang lolos. Euphoria orang-orang terhadap sosok keturunan
Kenya + Amerika yang lahir di Pasifik dan beberapa tahun di Indonesia,
justru membuat khawatir. Obama laki-laki berkulit hitam yang ditempa
"single-parently" dengan hidup yang keras dengan latar belakang hukum namun
tetap menyandang nama Islam nya, justru amat mengkhawatirkan.

Pengalaman tinggal di Amerika yang membuat timbulnya kekhawatiran itu.
Namanya adalah "INFERIOR SYNDROM". Contohnya, seorang pelajar dari Indonesia
yang kuliah di Amerika, sebutlah namanya Rayhan jebolan pesantren yang rajin
belajar dan ibadah. Baru beberapa saat bergaul dengan orang bule, namanya
berubah menjadi Roy yang jadi lebih mabuk, dandan lebih gaya, dan "party"
lebih gila dari orang Amerika yang aslinya. Saat Rayhan ditanya kenapa dia
jadi begitu...? Rayhan jawab, "Buat meyakinkan orang Amerika, Roy bisa jadi
bagian mereka."

Nama Barrack Husein Obama punya Inferior Syndrom sebagai orang nomor satu di
Amerika. Mungkin kalo namanya George Bush, justru ngga perlu ada yang perlu
dibuktiin kepada masyarakat Amerika. Tapi Barrack Husein Obama harus
membuktikan kepada warga Amerika, khususnya dalam isu agama, bahwa Barrack
Husein Obama adalah bagian dari Kristen dan kawan Yahudi. Pertanyaannya,
"Bagaimana Barrack Husein Obama harus membuktikan dirinya kepada masyarakat
Kristen dan Yahudi Amerika...?" Jawabannya mengkhawatirkan.

Akhirnya, saat mendengar pidato pelantikan Obama, kekhawatiran itu jadi
jelas. Saat mengucapkan kata-kata "To those Moslem countries" yang digandeng
dengan kata "Destroy" kemudian "Nuclear" dan ditutup dengan kata-kata "We
will defeat you", kekhawatiran itu terasa di depan mata. Apakah Barrack
Husein Obama harus membuktikan dirinya tidak ada hubungan sama sekali dengan
muslim walaupun ayah kandungnya adalah muslim dengan cara yang digambarkan
dalam pidatonya...?

Waktu akan menjawab. Tapi, menurut seorang pakar, Inferior Syndrom itu
berlaku universal. Di Arab pun, banyak orang Indonesia yang pakai jubah,
jenggot, dan nama belakang "lebih Arab" dari orang Arab. Atau seperti di
Australia dan New Zealand, banyak orang-orangnya yang "lebih Ningrat" dari
orang Inggris.

Yang paling mengkhawatirkan, lobby-lobby zionis apakah yang telah disiapkan
untuk mendorong Barrack Husein Obama membuktikan dirinya bahwa tindakannya
tidak mencerminkan namanya yang berbau muslim. Biaya pelantikan yang lebih
dari US 150 juta atau 3 kali lipat dari pelantikan Bush yang hanya US 40
juta disaat Amerika sedang terjun ke krisis, seperti ada dukungan manis dari
zionis di belakangnya. Akan ditukar dengan apakah dukungan manis ini...?

Tidak berharap banyak, tidak ikut euphoria, dan tidak menaruh simpati
berlebihan terhadap Obama ternyata sudah tepat.

No comments: