Friday, December 21, 2007

cemburu itu pintu

Cinta & benci itu bertetangga, cemburulah pintu penghubungnya.
Ini sebuah kisah cinta, mungkin cermin kisah cinta anda.

Alkisah Lavi & Lamia sekelas sejak kelas 1 SMA di Jakarta. Mereka pasangan yang serasi sekali. Sama sama good looking, sama sama pinter (selalu ranking 1-2 terus sampe lulus SMA), dan.....mereka juga sama sama saling suka. Mereka pacaran sejak awal semester 1 di kelas 1.
singkat cerita merekapun akhirnya lulus ujian kelas 3 SMA. Lavi lulus ranking 2 dan Lamia ranking 1. Lamia memilih kuliah di Universitas Indonesia, Jakarta, sedangkan Lavi pilihannya Universitas Gajah Mada, Jogyakarta. Mereka pun harus berpisah untuk sementara. Mereka sudah sepakat buat long distance relationship. Lagipula mereka tiap saat bisa terus berhubungan via hp, sms, ataupun internet.
Satu hari sebelum Lavi berangkat ke jogya, Lamia berniat membelikan kekasihnya beberapa perlengkapan buat di Jogya nanti, dan dia belanja sendiri tanpa memberitahu Lavi, niatnya mau bikin kejutan, tapi ternyata akhirnya malah Lamia yang terkejut, dia melihat Lavi di Mall....sedang berduaan dengan seorang wanita cantik.
Rasa panas mendadak membakar dada Lamia dan bara panasnya menyebar rata sampai kepala.
Lamia pulang dengan hati yang hancur.
Dia merasa seperti sampah yang dicampakkan.
Sakit sekali hatinya. Lavi yang selama ini dicintainya ternyata selingkuh dengan wanita lain, yang walaupun wanita itu terlihat lebih dewasa, tapi sangat cantik sekali.
Rasa sakit pun berubah menjadi benci.
Lamia memutuskan untuk memutuskan semua komunikasi dengan Lavi, sang penghianat cinta.
Sejak saat itu semua telpon dan sms dari Lavi ditolaknya. Id lavi di Yahoo messenger dideletenya, bahkan dimasukkan dalam ignore list permanen.
Begitu juga dengan friend list di friendsternya dia delete pula. Pokoknya Lavi sudah Lamia kubur dalam dalam, tak mau lagi mengingat dan melihatnya.
Lavi bingung bukan kepalang melihat perubahan yang terjadi pada kekasihnya itu. Dia masih belum mengerti apa alasannya yang membuat Lamia berubah 180 derajat seperti ini.
Karena keberangkatan tak bisa ditunda, Lavi terpaksa pergi ke Jogyakarta tanpa sempat pamitan pada Lamia. Lagipula Lamia tidak memberi dia kesempatan untuk itu.
Tapi di bandara Soekarno Hatta dia menyempatkan diri menulis kartu pos buat Lamia. Di kartu pos itu dia tulis permohonan maafnya yang belum sempat pamitan, dan dia juga memberi tahu Lamia bahwa dia pergi ke Jogya diantar oleh tantenya, atau lebih tepatnya adalah adik tiri mamahnya Lavi yang baru datang dari belanda, yang sedang liburan ke Indonesia. Tantenya itulah yang dilihat Lamia di Mall bersama Lavi.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Dalam penerbangan menuju Jogyakarta, pesawat yang ditumpangi Lavi mengalami kecelakaan. dari 100 lebih penumpang, 30 orang diantaranya tewas, termasuk Lavi. Dia meninggal ditempat.
Esok paginya Lamia membaca koran pagi yang memuat berita kecelakaan yang menewaskan Lavi, dan tak lama kemudian tukang pos datang membawa kartu pos yang dikirim Lavi dari bandara Soekarno Hatta.
Sekian.

1 comment:

baim said...

bagus sih ceritanya, tapi kurang detail tentang menceritakan suasana lingkungan sekitarnya, dan juga endingnya rada dikit maksa