Tuesday, November 11, 2008

WAWANCARA Ahmad Syafi'i Ma'arif 'Umat Islam Harus Berhenti dari Teologi Maut'

AMROZI Cs telah dieksekusi oleh tim regu tembak dari Kejaksaan Agung.
Jenazah ketiga pelaku bom Bali I tersebut saat ini sudah siap
dimakamkan. Baik keluarga atau pendukungnya mengelu-elukan mereka
sebagai mujahid yang mati dalam keadaan syahid.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Ma'arif menilai,
pemahaman tentang jihad selama ini banyak disalahartikan, sehingga
sebagian masyarakat muslim melakukan tindakan kekerasan atas nama
jihad.

Namun menurut penerima Magsasay Award 2008 ini, setiap kekerasan yang
dilakukan oleh kelompok mana pun di Indonesia akan berakhir dengan
kekalahan. Bagaimana meluruskan pemahaman umat yang keliru ini?
Berikut wawancara detikcom dengan Ahmad Syafii Ma'arif.

Amrozi Cs oleh keluarga dan pendukungnya dianggap mati dalam keadaan
sahid. Bagaimana komentar Bapak?
Bagi saya biar saja mereka berpendapat seperti itu. Hukuman mati
memang harus mereka terima. Nggak usah kita berpolemik lagi masalah
itu.

Arti syuhada sebenarnya apa?
Syuhada bisa diartikan sebagai orang yang mati dalam keadaan membela
agama Islam. Syuhada secara harfiah berarti orang-orang yang
bersaksi. Jadi seluruh umat Islam memang bertugas sebagai syuhada,
sebagai saksi dan pengawal perjalanan peradaban. Ini bisa kita lihat
dalam Al quran Surat Al Baqarah ayat 143 dan Al Hajj ayat 178.
Sebagai syuhada, kita menjadi penyaksi, mengontrol peradaban menuju
ke arah jalan kenabian.

Berarti syuhada tidak harus mati dalam perang membela Islam?
Oo tidak. Iya memang mati syahid biasanya dalam perang. Dalam sejarah
kita bisa menyaksikan di Perang Badar. Itu jelas, karena mereka mati
dalam mempertahankan kebenaran Islam.

Kepercayaan mereka selama ini keliru?
Selama ini mereka mempercayai teologi maut, umat Islam harus berhenti
dari kepercayaan tersebut. Prinsip teologi maut, yakni mereka berani
mati karena tidak berani hidup. Kecuali hanya mengagungkan sejarah,
marah, menganggap yang tidak sepaham dengannya sebagai musuh. Padahal
Allah tidak seperti itu. Alquran pun jauh lebih toleran.

Dalam wasiat Imam Samudra yang dibagi-bagikan di kediamannya,
dikatakan umat Islam harus terus berjihad melawan orang kafir. Imam
Samudra juga menganjurkan agar umat Islam juga meyakini apa yang
telah diyakini olehnya?
Yang membagi-bagikan harus dituntut. Mereka menjadikan politik
kerasan sebagai mata pencaharian. Selama ini mereka tidak mempunyai
tawaran. Nilai- nilai kemanusiaan juga tidak ada. Mereka mencoba
memonopoli kebenaran. Tapi ingat, dalam perkembangannya di Indonesia,
setiap ideologi yang mengembangkan kekerasan pasti gagal.

Sebenarnya apa yang salah dalam memahami ajaran Islam?
Orang tidak mau berusaha memahami Alquran secara total. Alquran hanya
diambil ayat-ayat yang sesuai dengan subyektivisme mereka. Ini
celaka. Pasti ada perbedaan dalam memahami Alquran, nggak mungkin
kita sama. Karena manusia bersifat nisbi, tidak mutlak. Tafsir tidak
pernah mutlak dan terus berkembang. Silakan saja berbeda pemahaman
asal konstruktif, jangan destruktif.

Di sisi lain, pemerintah jangan bingung, harus tegas. Kalau
pemerintah tidak tegas, maka kekerasan akan terus terjadi dan akan
terus meminta korban.

Bagaimana meluruskan pemahaman pendukungnya Amrozi Cs yang keliru ini?
Beri pencerahan saja. MUI harus mengimbau agar mereka kembali ke
jalan yang benar sesuai dengan syariat Islam yang sesungguhnya.
Organisasi massa seperti Muhammadiyah dan NU juga harus berperan.
Selama ini Muhammadiyah dan NU Jawa Tengah juga telah memberi
pemahaman sangat bagus soal masalah ini.

Hal-hal apa saja yang harus diperbaiki agar pemahaman keliru tentang
jihad ini tidak lagi terjadi?
Pahami agama Islam secara benar. Kembangkan budaya siuman. Siuman
artinya, manifestasi dari akal kita yang sehat, serta hati nurani
yang bersih. Bersih dari segala perilaku-perilaku yang menimbulkan
kebencian.

(anw/iy/Anwar Khumaini – detikNews/Minggu, 09/11/2008 11:20 WIB)


No comments: