Aisyah r.a berkata: Pada suatu malam, Rasulullah s.aw, keluar dari rumahku. Aku merasa cemburu kepadanya. Ketika beliau kembali dan melihat apa yang aku lakukan, beliau berkata, “Hai Aisyah, apakah engkau cemburu kepadaku?”
“Bagaimana orang seperti aku tidak cemburu kepada engkau, ya Rasulullah?” jawabku
“Mengapa begitu? Apakah setanmu telah menguasai dirimu?”
“Ya Rasulullah, apakah aku memiliki setan?”
“Benar!”
“Apakah semua orang ada setannya?”
“Benar!”
“Termasuk Rasulullah?”
“Benar. Tetapi, Allah menolongku dan setanpun mengaku kalah kepadaku.”
Rasulullah bersabda,
“Tiada seorang pun dari kalian, melainkan ia telah didampingi temannya dari jin (setan) dan dari malaikat.” Para sahabat bertanya: ‘Termasuk engkau yaa Rasulullah?’ Beliau menjawab, “Aku juga, tapi Allah azza wa jalla telah menolongku sehingga setan tidak membujukku kecuali dengan sesuatu yang benar.’ (HR MUSLIM)
Setan mengalir mengikuti aliran darah manusia, seperti dijelaskan, di dalam sabda Rasulullah saw:
“Setan mengalir di dalam tubuh anak Adam mengikuti aliran darah, dan aku khawatir bahwa setan akan menyuruh hatimu untuk berbuat kejahatan (HR BUKHARI DAN MUSLIM)
Begitu dekatnya setan kepada bani Adam, dan Allah telah mengetahui dengan pasti bahwa sekiranya bani Adam tidak dilindungi oleh Allah, maka ia akan tersesat dalam kebinasaan dan kekejaman iblis dan setan. Oleh karenanya Allah, memerintahkan hamba-Nya agar senantiasa masuk kedalam benteng perlindunganNya. Apalagi ketika beribadah kepadaNya, membaca ayat-ayat –Nya dan mengagungkan asma-Nya, sebagaimana firmanNya,
“Maka apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Quran, mohonlah perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk (AN-NAHL 16:98)
Terlebaih lagi ketika matahari kembali ke peraduannya, maka Allah memerintahkan hambaNya agar segera berlindung didalam bentengNYa.
“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar) darikejahatan (mahluk yang) Dia ciptakan , dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki, apabila dia dengki” (AL-FALAQ 1-5)
Pada suatu malam iblis dan setan bergabung untuk menyerang Rasulullah saw,. Mereka datang dari gunung-gunung, diantara mereka ada yang membawa api untuk membakar Rasulullah. Maka, Malaikat Jibril segera datang lalu berkata kepada Nabi, “Wahai Muhammad bacalah! Rasulullah bertanya, “Apa yang harus aku baca?”
Malaikat Jibril mengulangi perintahnya, “Bacalah doa ini,
“Audzu bi kalimatillahi at-tammaati min syarri ma khalaqa wa dzara’a wa bara’a, wa min syarri ma yanzilu minas sama’I wa min syarri ma ya’ruju fiha, wa min syarri fitanillaili wan-nahari, wa min syarri kulli thariqin illa thariqan yathruqu bi khairin, ya Rahmanu ( Aku berlindung kepada Allah dengan kalimat-kalimatNya yang sempurna dari kejahatan mahlukNya, yang telah diijinkan, dan dari kejahatan-kejahatan yang naik kelangit ; dari kejahatan-kejahatan yang datang pada waktu malam pada waktu siang, kecuali yang datang dengan membawa kebaikan. Ya Allah Yang Maha Pengasih.” ) (HR AHMAD)
Iblis dan setan akan mendatangi setiap bani Adam dengan membisikkan tipu dayanya di dalam hati manusia dengan pertanyaan-pertanyaan yang menjebak. Diantaranya “Siapakah yang menjadikan manusia?”
Manusia pun akan menjawabnya, “Allah azza wa jalla.”
Lalu iblis dan setan akan bertanya lagi, “Siapa yang menjadikan Allah?”
Inilah perangkap mereka. Ketika di dalam hatimu tebersit pertanyaan-pertanyaan itu, maka segerelah berlindunglah kepada Allah, dan tegaskan didalam hatimu, “Aku beriman kepada Allah dan RasulNya.”
Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Setan akan datang kepada salah seorang di antara kalian lalu berkata, “Siapa yang menciptakanmu?’ Ia menjawab, ‘Allah tabaraka wa ta’ala.’ Setan bertanya lagi, ‘Siapa yang menciptakan Allah?’ Apabila didalam hatimu terbersit pertanyaan seperti itu, segeralah berkata, ‘Aku beriman kepada Allah dan RasulNya, ‘Maka ucapan itu akan menyirnakan bisikan-bisikan itu.” (HR IBNU MAS’UD)
Setiap bani Adam mendapatkan dua bisikan, yaitu bisikan malaikat dan bisikan setan. Rasulullah saw, bersabda,
“Setiap anak Adam itu mendapat (dua bisikan) satu bisikan dari setan, dan satu bisikan dari malaikat. Adapun bisikan dari setan adalah bisikan yang menjanjikan segala kejahatan dan mendustakan segela kebenaran, sedangkan bisikan dari malaikat adalah bisikan yang menjanjikan segala kebaikan dan mengakui segela kebenaran. Barang siapa yang mendapatkan bisikan dari malaikat, maka panjatkanlah puji syukur kepada Allah, karena bisikan itu datang dari Allah swt. (Tetapi), barangsiapa mendapatkan bisikan setan (berupa kecenderungan hati kepada kejahatan) hendaklah kamu berlindung kepada Allah. ‘Kemudian beliau membaca firman Allah. ‘Setan menjanjikan (menakuti-nakuti) kemiskinan kepada mu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karuniaNya padamu,” (AL-BAQARAH 2:268.” (hr ibnu mas’ud)
Dari sabda Rasulullah dan firman Allah tersebut, dapat kita pahami bahwa setiap lintasan kehendak manusia yang cenderung kepada hal-hal yang bertentangan dengan perintah Allah, misalnya Allah memerintahkan hambaNya agar saling belas-kasih, saling menyayangi, saling menolong dalam kebenaran dan kebaikan, tapi terdapat kehendak yang berlawanan dalam hati kita, misalnya hati cenderung kikir, kurang simpatik, suka membenci, cenderung bersifat acuh-tak acuh atau masa bodoh terhadap kebaikan dan kebenaran, maka hal yang seperti merupakan dua bisikan yang dihayati oleh manusia, yaitu bisikan malaikat yang merupakan jalan sesat yang diembuskan setan ke dalam hati manusia.
Ketika seorang hamba merasakan bisikan malaikat, yaitu berupa kehendak hati yang memerintahkan kepada seluruh komponen tubuh untuk melakukan kebenaran dan kebaikan menurut ukuran syariat, maka Allah memerintahkan kita agar memanjatkan puji syukur kepada Allah, antara lain dengan mengucapkan,
“Subhanallah wal-hamdulillahi wa la ilaha illallahu wallahu akbar (Mahasuci Allah, dan segala puji hanya bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Mahabesar).”
Ketika seorang hamba merasakan bisikan setan, yaitu berupa kehendak hati yang memperlihatkan rasa kecenderungan hawa nafsu membenarkan atau menginginkan untuk melakukan sesuatu perilaku yang tidak terpuji, sperti kikir, iri hati, dengki, acuh tak acuh, keinginan mendekati dan melakukan zina, menindas sesama, berlaku semena-mena kepada orang lain, maka ketika kita merasakan bisikan yang seperti itu, segeralah berlindung kepada Allah dengan membaca,
“A’udzu billahi minasy-syaithanirrajim, la haula wa la quwwata illa billahil-‘aliyyil-‘azhim (Aku berlindung kepada Allah dari tipu daya setan yang terkutuk. Tidak adaa kekauatan bagi hamba sedikit pun kecualai kekuatan dari Allah yang Mahatinggi dan Mahaagung).
Ada suatu kisah dalam suatu dialog antara guru dan murid di kalangan ulama salaf. Sang guru bertanya kepada muridnya, “Jika engkau berlalu di tengah-tengah gerombolan kambing yang sedang digembalakan tuannya, lalu anjing yang membantu penggembala mengonggongmu, atau menghalangimu untuk tidak melintas, bahkan mengejarmu hingga anjing itu merasa aman dari dirimu, apa yang harus engkau lakukan?”
“Saya akan mencoba untuk menghalau anjing semampu saya dan mengelaknya,” jawab si murid.
“Cara yang kamu tempuh itu akan memakan waktu yang lama karena anjing-anjing itu tetap akan memburumu hingga engkau jauh dari kambing-kambing itu. Padahal, jalan pintas yang seharusnya engaku lalui hanyalah di tengah gerombolan kambing itu. Mengapa engkau tidak meminta bantuan kepada penggembala kambing itu untuk menghalau anjing-anjingnya.agar engkau dapat melintasi jalan itu?” tegas sang guru.
“Saya akan menentangnya.: jawab si murid.
“Jika setan dan iblis datang lagi?”
“Saya akan tetap menentangnya.”
“Iblis dan setan akan tetap datang lagi.”
“Aku akan terus menentangnya.”
“Cara yang seperti itu akan memakan waktu yang panjang dan tidak akan ada habisnya. Mintalah perlindungan kepada Allah yang menciptakan iblis dan setan itu, niscaya dirimu akan dilindungiNya. Hanya Allah yang dapat melindungi Nya dari tipu daya setan dan iblis karena musuhmu itu sangat tangguh. Tanpa perlindungan Nya tidak seorangpun dapat lepas dari cengkraman mereka.” Demikian sang guru.
Syeh Abdul Faraj memberikan gambaran kepada kita. Beliau membuat perumpamaan, bagaimana perilaku iblis dan setan kepada oarang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang lalai penuh dosa. Bagi setan dan iblis, dosa bagikan roti, sedangkan iblis dan setan bagaikan anjing yang kelaparan. Bagi setan dan iblis, orang yang lalai beribadah dan gemar melakukan dosa laksana orang yang sedang duduk dan menggenggam banyak roti, kemudian anjing yang sedang kelaparan datang mengampirinya. Ketika anjing itu melihat roti digenggam orang tersebut, maka anjing itu mengonggong dan terus mengejar orang itu, meskipun berkali-kali orang itu menghalaunya.
Sementara ditangan orang-orang yang bertaqwa, tidak ada roti sedikitpun. Maka ketika anjing itu datang menghampiri dengan mudah mereka menghalaunya. Begitulah perumpamaan orang-orang yang bertaqwa. Jika setan dan iblis datang menghampirinya, mereka akan dengan mudah untuk menghalaunya, yaitu dengan zikrullah.
repost dari blog uwa
No comments:
Post a Comment